1. Peristiwa penculikan dan pembunuhan terhadap para perwira
    AD, kemudian dikenal Gerakan 30 S/PKI. Secara rinci para pimpinan
    TNI yang menjadi korban PKI ada 10 orang, yaitu 8 orang di Jakarta
    dan 2 orang di Yogyakarta. Mereka diangkat sebagai Pahlawan
    Revolusi. Berikut ini para korban keganasan PKI.
    a. Di Jakarta
    1) Letjen Ahmad Yani, Men/Pangad.
    2) Mayjen S.Parman, Asisten I Men/Pangad.
    3) Mayjen R. Suprapto, Deputi II Men/Pangad.
    4) Mayjen Haryono, M.T, Deputi III Men/Pangad.
    5) Brigjen D.I. Panjaitan, Asisten IV Men/Pangad.
    6) Brigjen Sutoyo S, Inspektur Kehakiman/Oditur Jendral TNI
    AD.
    7) Lettu Piere Andreas Tendean, Ajudan Menko Hankam/
    Kepala Staf Angkatan Bersenjata.
    8) Brigadir Polisi Karel Sasuit Tubun, Pengawal rumah Wakil
    P.M. II Dr. J. Leimena.
    b. Di Yogyakarta
    1) Kolonel Katamso D, Komandan Korem 072 Yogyakarta.

    2) Letnan Kolonel Sugiyono M., Kepala Staf Korem 072
    Yogyakarta.
    Jenderal Nasution berhasil meloloskan diri. Akan
    tetapi putrinya Ade Irma Suryani tertembak yang
    akhirnya meninggal tanggal 6 Oktober 1965, dan salah
    satu ajudannya ditangkap. Ajudan Nasution (Lettu
    Pierre A. Tendean), mayat tiga jenderal, dan tiga jenderal
    lainnya yang masih hidup dibawa menuju Halim.
    Di Halim, para jenderal yang masih hidup dibunuh
    secara kejam. Sejumlah anggota Gerwani dan Pemuda
    Rakyat terlibat dalam aksi pembunuhan tersebut.
    Ketujuh mayat kemudian dimasukkan dalam sebuah
    sumur yang sudah tidak dipakai lagi di Lubang Buaya.
    Untuk mengenang peristiwa yang mengerikan tersebut,
    di Lubang Buaya dibangun Monumen Pancasila Sakti.
    Peristiwa pembunuhan juga terjadi di daerah
    Yogyakarta. Komandan Korem 072 Yogyakarta Kolonel
    Katamso dan Kepala Stafnya Letkol Sugiyono diculik dan dibunuh
    oleh kaum pemberontak di Desa Kentungan.
  2. Penumpasan Pemberontakan G30S/PKI
    Pada tanggal 2 Oktober 1965 Presiden Soekarno memanggil
    semua panglima angkatan ke Istana Bogor. Dalam pertemuan
    tersebut Presiden Soekarno mengemukakan masalah penyelesaian
    peristiwa G 30 S/PKI. Dalam rangka penjelasan G 30 S/PKI, presiden
    menetapkan kebijaksanaan berikut.

    a. Penyelesaian aspek politik akan diselesaikan sendiri oleh
    presiden.
    b. Penyelesaian aspek militer dan administratif diserahkan kepada
    Mayjen Pranoto
    c. Penyelesaian militer teknis, keamanan, dan ketertiban
    diserahkan kepada Mayjen Soeharto

    Untuk menumpas kekuatan PKI, pemerintah melancarkan operasi militer. Setelah berhasil
    menghimpun pasukan lain termasuk Divisi Siliwangi dan Kaveleri, Resimen Para Komando
    Angkatan Darat (RPKAD) yang dipimpin Kolonel Sarwo Edhie Wibowo, Panglima Kostrad,
    mulai memimpin operasi penumpasan.
    a. Pada tanggal 1 Oktober 1965, beberapa tempat penting seperti RRI dan Telkom telah dapat
    diambil alih oleh pasukan RPKAD tanpa pertumpahan darah.
    b. Pada hari yang sama, Mayjen Soeharto mengumumkan beberapa hal penting berikut
    melalui RRI.
    1) Penumpasan G 30 S/PKI oleh angkatan militer.
    2) Dewan Revolusi Indonesia telah demisioner.
    3) Menganjurkan kepada rakyat agar tetap tenang dan waspada.
    c. Pada tanggal 2 Oktober 1965 pasukan RPKAD berhasil menguasai kembali Bandara Halim
    Perdanakusuma.
    d. Pada tanggal 3 Oktober 1965, atas petunjuk anggota polisi yang bernama Sukitman berhasil
    ditemukan sumur tua yang digunakan untuk menguburkan jenazah para perwira AD.
    e. Pada tanggal 5 Oktober 1965, jenazah para Jenderal AD dimakamkan dan mendapat
    penghargaan sebagai Pahlawan Revolusi.
    Untuk menumpas G 30 S/PKI di Jawa Tengah, diadakan operasi militer yang dipimpin
    oleh Pangdam VII, Brigadir Suryo Sumpeno. Penumpasan di Jawa Tengah memakan waktu
    yang lama karena daerah ini merupakan basis PKI yang cukup kuat dan sulit mengidentifikasi
    antara lawan dan kawan. Untuk mengikis sisa-sisa G 30 S/PKI di beberapa daerah dilakukan
    operasi-operasi militer berikut.
    a. Operasi Merapi di Jawa Tengah oleh RPKAD di bawah pimpinan Kolonel Sarwo Edhie Wibowo.
    b. Operasi Trisula di Blitar Selatan dipimpin Kolonel Muh. Yasin dan Kolonel Wetermin.
    Akhirnya dengan berbagai operasi militer, pimpinan PKI D.N. Aidit dapat ditembak mati di
    Boyolali dan Letkol Untung Sutopo ditangkap di Tegal.
  3. Dampak Sosial Dan Politik Dari Peristiwa G30S/PKI
    a. Secara politik telah lahir peta kekuatan politik baru yaitu tentara
    AD.
    b. Sampai bulan Desember 1965 PKI telah hancur sebagai
    kekuatan politik di Indonesia.
    c. Kekuasaan dan pamor politik Presiden Soekarno memudar.
    d. Secara sosial telah terjadi penangkapan dan pembunuhan terhadap
    orang-orang PKI atau”dianggap PKI”, yang tidak semuanya
    melalui proses pengadilan dengan jumlah yang relatif banyak.

0 komentar:

Posting Komentar

Diberdayakan oleh Blogger.

Labels

Paling Banyak Dilihat

Total Tayangan Halaman